Faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain, harapan pengalaman masa lalu, dan keadaan psikologis yang mana menciptakan kumpulan perseptual.
Selain hal tersebut masih ada beberapa hal yang mempengaruhi persepsi, yaitu:
1.Yang paling berpengaruh terhadap persepsi adalah perhatian, karena perhatian adalah proses mental ketika stimulus atau rangkaian stimulus menjadi menonjol dalam kesadaran, pada saat stimulus lainya melemah. Dalam stimulus mempunyai sifat-sifat yang menonjol, antara lain intensitas dan pengulangan. Diri orang yang membentuk persepsi itu sendiri. Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh karateristik individual yang turut berpengaruh seperti sikap kepentingan, minat, kebutuhan, pengalaman, harapan dan kepribadian.
2.Stimulus yang berupa obyek maupun peristiwa tertentu. Stimulus yang dimaksud mungkin berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya.
3.Faktor situasi dimana pembentukan persepsi itu terjadi baik tempat, waktu, suasana dan lain-lain..
# Persepsi terdiri dari :
1. Pengindraan
2.Atensi
3.Intepretasi
Pembelajaran dan Pengetahuan
Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang
relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Kita dapat
menyimpulkan bahwa pembelajaran telah terjadi ketika seorang individu
berperilaku, bereaksi, dan merespons sebagai hasil dari pengalaman sengan satu
cara yang berbeda dari caranya berperilaku sebelumnya.
Behaviorisme memandang bahwa pola-pola perilaku dapat
dibentuk melalui proses pembiasaan dan penguatan dengan mengondisikan atau
menciptakan stimulus tertentu dalamlingkungan. Lingkungan dapat dibagai kedalam
dua jenis yaitu :
1)
lingkungan
objektif (segala sesuatu yang ada disekitar individu dan secara potensial dapat
melahirkan stimulus).
2)
lingkungan
Effektif (sesuatu yang actual menstimulus individu sehingga
menimbulkan kesadaran tertentu pada dirinya untuk merespon).
Holistik atau Humanisme memandanng bahwa aspek-aspek
intrinsik (niat, motif, tekad) dari dalam diri individu merupakan faktor
penentu untuk melahirkan suatu perilaku, meskipun tanpa stimulus yang datang
dari lingkungan. Humanisme menjelaskan mekanisme perilaku individu dalam
konteks apa (what), bagaimana (how) dan mengapa (why).
1)
What
Apa menunjukkan tujuan yang hendak dicapai dengan
perilaku tersebut.
2)
How
Bagaimana menunjukkan jenis dan bentuk cara mencapai
tujuan, yakni perilaku itu sendiri.
3)
why
Mengapa menunjukkan motivasi yang menggerakkan terjadinya
dan berlangsungnya perilaku, baik bersumber dari diri individu (intrinsik)
maupun yang bersumber dari luar individu (ekstrinsik).
6. Pembentukan perilaku
adalah secara sistematis menegaskan setiap urutan langkah
yang menggerakkan seorang individu lebih dekat kepada response yang diharapkan.
Empat cara pembentukan perilaku adalah melalui penegasan
positif, penegasan negatif, hukuman dan peniadaan.
1)
Penegasan
positif
merupakan respons dengan sesuatu yang menyenangkan,
misalnya atasan yang memuji bawahan yang telah mengerjakan pekerjaan dengan
baik tepat pada waktunya.
2)
Penegasan
negatif
adalah menindaklanjuti respos dengan penghentian atau penarikan
sesuatu yang tidak menyenangkan
3)
Hukuman
menyebabkan sebuah kondisi tidak menyenangkan dalam upaya
menghilangkan perilaku yang tidak diharapkan.
4)
Peniadaan
adalah menghapuskan semua penegasan yang mempertahankan
sebuah perilaku.
*CARA MENGENAI KONFLIK YANG TERJADI DI KARENAKAN PERSEPSI DAN ANALISISNYA:
konflik tawuran pelajar dalam persepsi pembelajaran :
Tawuran antar pelajar merupakan fenomena sosial yang
sudah dianggap lumrah oleh masyarakat di Indonesia. Bahkan ada sebuah
pendapat yang menganggap bahwa tawuran merupakan salah satu kegiatan
rutin dari pelajar yang menginjak usia remaja. Tawuran antar pelajar
sering terjadi di kota-kota besar yang seharusnya memiliki masyarakat
dengan peradaban yang lebih maju.
Para
pelajar remaja yang sering melakukan aksi tawuran tersebut lebih senang
melakukan perkelahian di luar sekolah daripada masuk kelas pada
kegiatan belajar mengajar. Tawuran tersebut telah menjadi kegiatan yang
turun temurun pada sekolah tersebut. Sehingga tidak heran apabila ada
yang berpendapat bahw tawuran sudah membudaya atau sudah menjadi tradisi
pada sekolah tertentu.
Kerugian
yang disebabkan oleh tawuran tidak hanya menimpa korban dari tawuran
saja, tetapi juga mengakibatkan kerusakan di tempat mereka melakukan
aksi tersebut. Tentunya kebanyakan dari para pelaku tawuran tidak mau
bertanggung jawab atas kerusakan yang mereka timbulkan. Biasanya mereka
hanya lari setelah puas melakukan tawuran. Akibatnya,masyarakat menjadi
resah terhadap kegiatan pelajar remaja.
Dalam
menganalisa sumber konflik, perlu diidentifikasi penyebab tersebut
berdasarkan dimensi-dimensinya. Sumber konflik struktural berkaitan
dengan kebijakan dan pengambilan keputusan yang salah, dari pemerintahan
pusat kepada daerah. Hal tersebut sesuai dengan yang telah diuraikan
sebelumnya bahwa kurikulum yang ditetapkan pemerintah juga turut serta
dalam perwujudan konflik antar pelajar. Hal ini disebabkan,karena para
pelajar merasa terkekang dalam kurikulum yang telah mengeksploitasi
waktu serta pikiran mereka. Alhasil, mereka akan melakukan upaya untuk
terbebas dari aturan-aturan tersebut dengan melampiaskannya dalam
konfrontasi fisik.
Dimensi
yang kedua adalah dimensi kultural. Dilihat dari dimensi ini, konflik
antar pelajar remaja telah menjadi adat dari remaja itu sendiri. Hal ini
menciptakan suatu nilai dalam remaja bahwa yang tidak ikut dalam
tawuran adalah remaja yang pengecut. Pembelajaran dalam persepsi ini adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman.