Rabu, 17 September 2014

Proses Perilaku Manusia


Bentuk dan Proses Pembentukan Perilaku
Pada dasarnya bentuk perilaku dapat diamati, melalui sikap dan tindakan, namun demikian tidak berarti bahwa bentuk perilaku itu hanya dapat dilihat dari sikap dan tindakannya saja, perilaku dapat pula bersifat potensial, yakni dalam bentuk pengetahuan, motivasi dan persepsi.  Bloom (1956), membedakannya menjadi 3 macam bentuk perilaku, yakni Coqnitive, Affective dan Psikomotor, Ahli lain menyebut Pengetahuan, Sikap dan Tindakan, Sedangkan Ki Hajar Dewantara, menyebutnya Cipta, Rasa, Karsa atau Peri akal, Peri rasa, Peri tindakan.
Proses pembentukan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri, faktor-faktor tersebut antara lain :
  1. Persepsi. Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya.
  2. Motivasi. Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak untuk mencapai sutau tujuan tertentu, hasil dari pada dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku
  3. Emosi. Perilaku juga dapat timbul karena emosi, Aspek psikologis yang mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani, sedangkan keadaan jasmani merupakan hasil keturunan (bawaan), Manusia dalam mencapai kedewasaan semua aspek yang berhubungan dengan keturunan dan emosi akan berkembang sesuai dengan hukum perkembangan, oleh karena itu perilaku yang timbul karena emosi merupakan perilaku bawaan.
  4. Belajar. Belajar diartikan sebagai suatu pembentukan perilaku dihasilkan dari praktek-praktek dalam lingkungan kehidupan. Barelson (1964) mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku yang dihasilkan dari perilaku terdahulu.
Etika dan Moral 


Etika adalah suatu sikap dan perilaku yang menunjukkan kesediaan dan kesanggupan seseorang secara sadar untuk mentatati ketentuan dan norma kehidupan yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat atau suatu organisasi, Etika organisasi menekankan perlunya seperangkat nilai yang dilaksanakan ssetiap orang anggota. nilai tersebut berkaitan dengan pengaturan bagaimana seharusnya bersikap dan berperilaku dengan baik seperti sikap hormat, kejujuran, keadilan dan bertanggung jawab. seperangkat nilai tersebut biasanya dijadikan sebagai acuan dan dianggap sebagai prinsip-prinsip etis atau moral.
Dalam kehidupan organisasi terdapat berbagai permasalahan yang pemecahannya mengandung implikasi moral dan etika, ada cara pemecahan yang secara moral dan etika diterima tetapi ada juga yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam praktek kehidupan organisasi tidak ada tolok ukur yang mutlak tentang yang benar dan yang salah, ini tidak terlepas dari berbagai faktor seperti agama, budaya dan sosial.

Proses pembentukan perilaku
  • Perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan 
  • Motivasi
–   Motivasi yang terbaik adalah motivasi yang datang dari dalam diri sendiri (motivasi intrinsik), bukan pengaruh lingkungan (motivasi ekstrinsik
  • Faktor perangsang dan penguat
  • Pengaruh sikap dan kepercayaan
–   Memberi hadiah dalam bentuk penghargaan, pujian, piagam, hadiah, promosi pendidikan dan jabatan
–      Kompetisi atau persaingan sehat
–      Memperjelas tujuan atau menciptakan tujuan antara (pace making)

Faktor faktor Perilaku Manusia


1.    Lingkungan sosial poltik taklangsung, seperti sistem politik, ekonoi, sistem kebudayaan media massa.
2.    Lingkungan sosial politik langsung yang mempengaruhi dan membentuk kepribadian masyarakat seperti keluarga, agama, sekolah, dan kelompok pergaulan.
3.    Struktur kepribadian yang tercermin dalam sikap individu.
4.    Faktor lingkungan sosial politik langsung berupa situasi, yaitu keadaan yang mempengaruhi masyarakat secatra langsung ketika hendak melakukan suatu kegiatan, sepri cuaca, keadaan keluarga, keadaan ruang, kehadiran orang lain, suasana kelompok dan ancaman dengan segala bentuknya.
Dari lingkungan sosial politik langsung masyarakat mengalami sosialisasi langsung da internalisasi nilai dan norma masyarakat, termasuk nilai dan nirma kehidupan  bernegara dan pengalaman-pengalaman hidup pada umumnya. Dimana faktor lingkungan sosial politik yang berupa sosialisasi internalisasi dan politisasio Selain itu faktor lingkungan sosial politik taklangsung juga mempengaruhilingkungan sosial politik langsung berupa situasi. Faktor lingskungan sosial berupa sosialisasi, internalisasi dan politisasi akan mempengaruhi struktur kepribadian atau sikap perilaku masyarakat.
Perilaku politik suatu masyarakat juga bisa dipengaruhi oleh adanya unsur-unsur kekuasaan. Seorang pemimpin sebagai pemilik kekuasaan bisa mempengaruhi, bahakan menciptakan dan menggiring pengikut, menjadi provokator pengikut, sehingga para pengikut dapat mempengaruhi pemimpin yang diinginkan. Sebaliknya seorang pengikut dapat mempengaruhi pemimpin, bisa memberikan bisikan, dan menyuruh untuk memeprtahankan kekuasaan dan bahkan bisa menjatuhkan kekuasaannya (Hidayat, 2002: 44). Beberapa unsur kekuasaan yang dapat berpengaruh terhadap perilaku seseorang menurut Hidayat adalah:
Influence
Unsur influence merupakan suatu unsur kekuasaan yang dilakukan dengan meyakinkan dan beragumentasi terhadap para pengikut, sehingga bisa mengubah tingkah laku atau perilaku seseorang.
Persuation
Unsur persuation adalah kemampuan untuk meyakinkan orang dengan cara aosialisasi atau persuasi baik positif atau negatif sehingga bisa timbul unsur manipulasi dan pada akhirnya bisa berakibat adanya desasaka.
Coercion
Coercion berati emngambil tindakan desakan dan kekuatan terhadap sesorang atau kelompok orang agar mengikuti apa yang diinginkannya.
Force
Unsur kekuasaan yang mengedepankan danya kekuatan massa termasuk dengan kekuatan milietr untuk mengubah perilaku seseorang atau sekelompok orang.
Perilaku masyarakat bisa juga dipengaruhi oleh budaya politik suatu mayarakat. Menurut Widjaja (1988:26) perubahan yang terjadi dalam ilmu politik terutama yang berhubungan dengan politik perbandingan adalah behavioral approach (pendekatan perilaku). Menurut David Apter  dalam budaya politik massa rakyat megharapkan para elite pemerintahan dapat mengatur dan menyediakan segala kehidupan rakyat. Akibatnya kepemimpinan pemerintah cenderung mempertajam sentralisasi, seperti monolitik dalam mengatur kegiatan ekonomi. Dalam kondisi demikian masyarakat hanya aktif bisa ada mobilisasi massa untuk patuh mengikuti pimpinan sepenuhnya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar