Jumat, 21 November 2014

KEPEMIMPINAN

Tokoh nya BJ.Habiebie

Gaya tokoh kepemimpinan BJ.Habiebie tidak dipermasalahkan lagi bahwa,BJ Habibie memang seorang idealis yang dengan keras kepala tidak mau beranjak dari citranya mengenal Indonesia modern dan cara mencapainya. Ia seorang romantikus yang dengan penuh gairah menyambut semua taji tangan dalam hidupnya. Ia tahu bagaimana rasanya bersendiri dalam menuju perjalanan yang benar. Nasionalismenya terwujud dalam sajak, karangan dan  perbuatannya. Habibie adalah ilmuwan yang cemerlang yang selalu bertanya kalau tidak tahu, selalu ingin mendalami segala sesuatu sampai ke akar-akarnya, dan selalu  bingung menghadapi omong kosong. Ia seorang pemimpin yang mampu membakar semangat ribuan orang muda di dalam dan diluar badan organisasi yang dipimpinnya. Bahwa,BJ Habibie juga sorang pekerja keras, orang polos yang tidak tahan  pada keruwetan yang dibuat-buat, suka menolong orang lain, tahu membayar hutang  budi, taat pada agama, suami dan ayah penuh kasih sayang, dan nasionalis dalam arti cinta tanah air. BJ Habibie seorang yang perfeksionis yang heran melihat orang yang tidak  berusaha mencapai yang sesempurna mungkin dan dengan tabiat yang details selalu memperhatikan sampai yang kecil-kecil. Ia juga seorang manajer yang baik, yang tahu menentukan sasaran strategis maupun menentukan untung rugi tindakan-tindakan operasional yang mendetail. Gaya kepemimpinan seseorang juga dibentuk oleh watak dan lingkungan kita patut heran kalau BJ Habibie sepenuhnya mengikuti gaya kepemimpinan raja-raja melayu dalam melaksanakan pekerjaan, lebih masuk akal ia lebih menghayati dan menerapkan prinsip-prinsip yang berlaku di dalam industri modern. Mengetahui BJ Habibie details dan perfeksionis, kita tidak heran bahwa di
dalam bekerja ia menganut prinsip bahwa, “ Mutu keseluruhannya ditentukan oleh mutu setiap detail, dan karena itu ia menghendaki ditekuninya segala sesuatu sampai ke detail-detailnya yang paling kecil dan dilakukannya upaya mencapai kesempurnaan yang setinggi mungkin. Kesempurnaan tidak datang dengan sendirinya. Kesempurnaan harus diupayakan. Kesempurnaan harus dinilai. Proses dan hasil pekerjaan harus selalu diawasi.
Maka lahirlah prinsip; “ Percaya itu baik tetapi mengecek lebih baik lagi.” 

Mengecek,
itu tidak ada hubungannya dengan sikap terhadap perorangan. Mengecek menyangkut tanggung jawab atas pekerjaan dan perbuatan semua anggota sistem kerja terhadap hasil kerja keseluruhan sistem. Maka saling mengecek merupakan hal yang wajar. Karena itu BJ Habibie sangat mementingkan pengawasan, termasuk  pengawasan atasan langsung terhadap bawahannya.
Tiga Landasan Perilaku BJ. Habiebie :
1.Sandaran kekuatan rohani. Salah satu hal yang menonjol dari BJ Habibie adalah sifat keberagamaannya yang kental. BJ Habibie meyakini apa pun yang terjadi adalah kehendak Tuhan, walaupun kadang-kadang bertentangan dengan kehendak manusia. 2.Kekuasaan adalah amanah. Salah satu yang mendasari prilaku kepemimpinan
BJ Habibie adalah pemahamannya tentang ”kekuasaan”. Menurut BJ Habibie
kekuasaan bukanlah tujuan, melainkan sarana perjuangan atau pengabdian kepada bangsa dan negara. Kekuasaan adalah amanah yang harus ditunaikan dengan baik, demi kepentingan rakyat dalam arti yang sebenarnya. 
3.Inner dialog. Terbawa dari kebiasaanya sebagai seorang insinyur, yang harus memperhitungkan dengan terperinci segala sesuatunya.Pemikiran beliau sangat rasional dan tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain. Senada dengan yang diungkapkan oleh Dr. Indria Samego (Dewan Direktur CIDES) yaitu: “ Visi misi dan strategi kepemimpinan Presiden B.J Habibie,terkait erat dengan latar belakang pribadinya. Dia seorang yang sangat rasional di dalam menghadapi suatu persoalan. Menurut saya, banyak  persoalan yang ia selesaikan lebih mengedepankan rasionalitas, kadangkala membuat orang terkaget-kaget dan tak mengerti. Karena itu, pada waktu Soeharto masih berkuasa B.J Habibie mengakui, Soeharto adalah guru  besarnya. 


Kesimpulan atau alasan Pak Habibie menjelaskan bahwa setiap pribadi perlu menyadari pentingnya menyeimbangkan akal, emosi dan rasio dengan keimanan dan ketakwaan. Keseimbangan pribadi ini juga perlu dilengkapi dengam kemampuan mencintai orang lain melalui kemauan dan kemampuan menerima masukan dan kritik. Pak Habibie juga berpesan bahwa untuk mencapaai kesuksesan, masing-masing pihak  perlu menumbuhkan kecintaan pada pekerjaannya dengan cara melakukannya secara sungguh sungguh dan ikhlas. Lebih jauh, beliau percaya hanya melalui moral yang  baik dan kepribadian kuatlah pembangunan suatu bangsa, termasuk di Indonesia, dapat berlangsung sukses dan menyeluruh
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar